Pj Walikota Kupang Linus Lusi ,Herbet Barimbing, Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT Dr Alfonsius Theodorus,dalam serah terima penutupan program WFW |
INDONESIA PEMBAHARUAN, KOTA KUPANG - Dua Tahun Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melihat Kota Kupang masih menghadapi berbagai tantangan dalam pencapaian sanitasi inklusif, sehingga sejak Tahun 2023 Water For Women (WFW) mendukung pengelolaan sampah dan penyusunan rencana pengamanan air minum di Kota Kupang melalui program Water for Women (WfW) dengan melibatkan 389 kaum muda, 743 perempuan, dan 127 orang dengan disabilitas.
Pada acara serahterima penutupan program WFW Kepada Pemerintah Kota Kupang pada Senin 18 Oktober 2024 di Aula Fernandes, Pj Walikota Kupang Linus Lusi, mengungkapkan apresiasinya kepada WfW yang telah berkontribusi besar dalam mewujudkan air bersih dan sanitasi di Kota Kupang yang inklusif dan berketahanan iklim.
“Kota Kupang memiliki tantangan dalam penyediaan air minum yang aman dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan dengan upaya-upaya bersama, program WfW ini dapat menjadi solusi tercapainya target air minum yang aman untuk seluruh warga Kupang. Lebih jauh lagi, dengan serah terima ini, kami berharap bisa terus melanjutkan praktik baik di kota ini,” kata Linus.
Sementara Herbet Barimbing, Program Manager Plan Indonesia menjelaskan selama ini program WfW juga berkontribusi dalam penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) Kota Kupang bersama dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda AM) Kota Kupang.
Rencana ini dapat menjadi panduan dalam penyediaan air minum yang berkualitas, aman, dan berkelanjutan bagi warga Kota Kupang. Dokumen RPAM untuk SPAM Kali Dendeng ini melayani lebih dari 3,000 pelanggan aktif di Kota Kupang.
"Program WfW telah mendampingi empat bank sampah unit di Kota Kupang, yaitu Bank Sampah Unit di Kelurahan Maulafa, Naioni, Nefonaek, dan Oebufu dengan total 11.5 ton sampah terkelola. Kami berharap dengan adanya bank sampah unit, kelurahan lainnya juga dapat mereplikasikan praktik baik dari dampingan kami ini, sehingga dapat membantu mengentaskan masalah sampah dan membangun masyarakat Kota Kupang yang tangguh iklim ",,Harbet.
Di tempat yang sama Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT Dr Alfonsius Theodorus, menyampaikan selain akses air yang inklusif, dalam menghadapi perubahan iklim, Kota Kupang juga sedang menuntaskan masalah sampah dengan melibatkan masyarakat.
“Bank Sampah menjadi kunci pertama untuk pengolahan sampah agar tidak menumpuk di TPA (tempat pembuangan akhir). Selain itu juga, hasil dari bank sampah juga menjadi nilai plus di perekonomian warga. Kami berharap pada Yayasan Plan Internasional program WFW seperti ini akan terus berlanjut di tahun yang akan datang ” tutup Alfonsius.
Untuk Diketahui
Dalam manajemen sampah, program WFW juga mendorong kesetaraan gender dan keterlibatan kaum muda dan teman disabilitas dengan hampir 40 persen dari tim manajemen sampah adalah perempuan. Rahmat, 28 tahun, merupakan salah satu kaum muda/teman disabilitas yang berperan aktif di bank sampah dampingan program WfW dan Participatory Action Research (PAR).
“PAR membantu dan memampukan kami untuk menggali permasalahan yang ada di sekitar kami, merencanakan dan melakukan aksi bersama. Seperti aksi yang sudah pernah kami lakukan yaitu sosialisasi tentang disabilitas, sosialisasi pengelolaan sampah dan tanam pohon,” jelas Rahmat.
Selama enam tahun implementasi, Program WfW telah memberikan dampak secara langsung pada hampir sembilan ribu orang di Kota Kupang, Kabupaten Manggarai di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat termasuk kelompok termarjinalkan yakni perempuan, anak perempuan, orang dengan disabilitas, dan lansia. Lebih jauh lagi, sejak 2018, WFW telah berkontribusi dalam pencapaian lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Sumbawa.(*NB)